gravatar

Jose Mourinho Memang Pelatih THE SPECIAL ONE

Jose Mourinho memang pelatih istimewa. Dia layak menyebut dirinya sebagai The Special One. Kesuksesan Real Madrid merengkuh gelar Piala Raja makin mengukuhkan predikat Mourinho sebagai pencetak sejarah suatu klub yang dia tangani.
Los Blancos sukses merengkuh gelar perdana mereka di musim ini dinihari WIB tadi (Kamis, 21/4/2011). Pasukan arahan pelatih yang akrab disapa Mou tersebut menumbangkan raksasa Katalan Barcelona dengan kemenangan tipis 1-0 di laga final Piala Raja yang digelar di Stadion Mestalla, Valencia, itu. Gol kemenangan Madrid dicetak Cristiano Ronaldo di extra time.
Bagi Madrid, gelar tersebut merupakan yang pertama dalam 18 musim belakangan. Los Blancos terakhir kali merasakan manisnya mengangkat trofi Piala Raja di musim 1993.
Padahal, banyak pihak yang menjagokan Barca yang bakal keluar sebagai pemenang final Copa del rey dinihari tadi. Maklum, Barca menuai hasil positif di dua partai El Clasico sebelumnya.
Pada November silam, Raksasa Katalan bahkan menggulung Madrid dengan skor telak 5-0 dan bermain imbang 1-1 di Santiago Bernabeu akhir pekan lalu. Di klasemen sementara La Liga Spanyol, Barca bertengger kokoh di puncak klasemen dengan memiliki keunggulan delapan poin atas Madrid.
Berkaca dari hal itu, tentu saja sangat realistis jika banyak pihak yang menjagokan Barca sebagai pemenang di laga final Piala Raja. Namun, prediksi itu menjadi tidak valid karena tidak memasukkan faktor Mou yang punya catatan panjang menorehkan sejarah baru di klub yang dibesutnya.
Dengan taktik brilian buah keuletan dan kejelian yang ia terapkan pada laga dinihari tadi, Mou membalikkan prediksi yang tidak berpihak pada Real Madrid. Strategi yang diterapkan Mou memang bukanlah permainan cantik. Namun, taktik itu selalu menuai kesuksesan, apalagi bila ukurannya adalah gelar juara.
Bermain pragmatis dan dalam beberapa keadaan cenderung bertahan. Itu adalah karakter yang melekat pada Madrid saat dibesut Mou musim ini. Strategi yang cenderung defensif dan mengusung negative football itu banyak mendapatkan kritik, bahkan dari legenda Madrid Alfredo Di Stefano.
Di Stefano mengaku kecewa dengan taktik bertahan total yang diusung Mou ketika Madrid beramain imbang 1-1 melawan Barca di Santiago Bernabeu.
"Sepakbola yang dimainkan Barcelona di Bernabeu sungguh brilian. Mereka jelas lebih superior. Madrid menghadapi Barcelona, yang mendominasi seluruh pertandingan. Jelas Barca lebih superior dibanding Madrid, yang jadi tim tanpa kepribadian," sahut Di Stefano saat itu seperti dilansir Sport.es.
"Real Madrid memakai strategi bertahan, itu seperti harimau dengan tikus, di mana mereka tak mampu menguasai lapangan tengah lawan dengan melakukan pressing, itu yang seharusnya dilakukan," lanjutnya.
Legenda sepakbola Belanda dan Barcelona Johan Cruyff juga mengkritik pedas Mou sebagai pelatih sepakbola negatif dan penakut. “Dia hanya peduli pada hasil dan tidak banyak peduli untuk memainkan sepakbola indah,” ujar Cruyff.
Dia merujuk pada duel El Clasico Madrid Vs Barca di Santiago Bernabeu yang berakhir imbang 1-1, Sabtu (16/4/2011). Ketika itu, Mou mengerahkan tujuh pemain bertahan dan hanya memasang tiga penyerang.
Tetapi, taktik Mou terbukti sukses besar dalam mengatasi agresivitas Barca di pertandingan tadi. Dalam starting eleven yang diterapkan Mou di pertandingan tadi, tidak ada striker murni. Marcelo yang biasa ikut menyerang dari sebelah pinggir, lebih banyak beroperasi di garis pertahanan sendiri untuk menahan gempuran Dani Alves.
Pepe tidak jarang bergerak hingga tengah, memperkuat pos gelandang bertahan yang diisi Sami Khedira dan Xabi Alonso. Tujuannya agar sesegera mungkin memutus alur serangan para pemain Azulgrana.
Di babak pertama, Madrid tampil ofensif. Namun di babak kedua, tim ibu kota Spanyol itu banyak ditekan oleh anak asuh Josep Guardiola. Pertandingan pun harus diselesaikan hingga babak perpanjangan waktu yang kemudian dimanfaatkan dengan baik oleh Madrid. Di babak perpanjangan waktu pertama, sundulan Cristiano Ronaldo gagal ditepis penjaga gawang Jose Manuel Pinto.
Hal itu semakin menguatkan predikat Mou sebagai pelatih spesial partai final. Saat masih memperkuat FC Porto, Mou sukses menghadirkan Piala UEFA atau yang sekarang dikenal dengan Liga Eropa dan Liga Champions.
Di Chelsea, Mou juga menghadirkan gelar Piala FA pada musim 2007 dan dua Piala Liga. Setelah hengkang membesut Inter Milan, musim lalu, Mou mempersembahkan treble winners bagi Inter, yakni Liga Champions, Piala Italia, dan Liga Seri A.
Jadi, siapa yang masih meragukan kedahsyatan taktik Mourin

google

Entri Populer

alexa

Pengikut